UA-72701571-1

iklan google

Friday 5 February 2016

kisah inspiratif dua sahabat



Alkisah ada  2 orang sahabat yang terpisah cukup lama,namanya ahmad dan Zainal. Ahmad ini pintar, cerdas, tapi kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zainal adalah sahabat yang biasa saja, tapi keadaan orang tuanya mendukung karir untuk masa depannya.
Keduanya Bertemu di tempat istimewa,yakni di temp mengambil air wudhu, di toilet sebuah masjid megah dengan arsitektur yang cantik, pemandangan pegunungan dengan kebun teh yang terhampar hijau di bawahnya. Sungguh indah dan sangat mempesona.
 

Zainal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah, necis, perlente, dan ber penampilan  elite,tapi tetap menjaga kesholihannya. Setiap keluar kota, ia menyempatkan singgah di masjid kota yang ia singgahi. Untuk memperbaharui wudhu dan sujud syukur. Syukur masih mendapat waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah sebagai tambahan.

setibanya Ia di Puncak  Bogor,  ia pun mencari masjid,Sembari menepikan mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang ia temukan.
Di sanalah ia bertemu Ahmad. Dengan Terperangah dan kaget. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak berada, tapi pintar luar biasa.
Zainal tak sangka bila berpuluh tahun kemudian ia temukan Ahmad sebagai marbot masjid.

“Maaf, kamu Ahmad bukan yah? Ahmad yang teman  Sekolah Menengah ku dulu?”.
Yang disapa pun tak mau kalah mengenalinya.akhirnya  Keduanya pun berpelukan.
“Keren sekali kamu ya Mas…sungguh  Mantap dan luar biasa penampilanmu…”. Zainal terlihat masih dalam keadaan berdasi. Lengan bajunya pun digulung untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam tangan ber-merk yang di kenakannya terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.sahut zainal

Zainal menaruh iba dengan keadaan ahmad yang sekarang. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel, khas marbot. Celana digulung, dan peci 8 dongak hingga jidat lebar terilhat jelas.

“Mad… Ini kartu nama saya…”.
Ahmad pun meliha nya. Sambil berujar“Manager Area yah…”. Wah, keren dong kamu sekarang!!!
sambil tersenyum zainal pun berkata kepada ahmad....’’Mad, selepas saya shalat nanti kita bincang-bincang  ya? Maaf, itupun kalau kamu berminat, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar marbot di masjid ini loh. Maaf ya…”.
Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya…sahut ahmad’’ Nanti kita berbincang setelah selesai ini.

Sambil ber wudhu pun, Zainal trus berfikir,,’’ Mengapa Ahmad yang pintar, kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai marbot, tapi marbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan. Zainal menyesalkan kondisi negeri ini yang tak berpihak kepada orang yang sebenarnya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.

Air wudhu membasahi wajah… Sekali lagi Zainal melewati Ahmad yang sedang bebersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaan ini di perkantoran, maka sebutannya bukan marbot. Melainkan “Office Boy”.

Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zainal. Tampaknya sedang shalat sunnah.gumam dalam hati zainal.
Zainal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad kali yah…”.
Zainal menyelesaikan doa secara singkat, karena ingin segera bincang-bincang dengan Ahmad teman lamanya
“Pak”, tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.
“Iya Mas..’’jawab zainal
“Bapak kenal dengan bapak Insinyur Haji Ahmad yah…?”
“Insinyur Haji Ahmad…?”
“Ya, insinyur Haji Ahmad…”kata pemuda itu menimpali ucapan zainal
“Insinyur Haji Ahmad yang mana…?”tanya zainal
“Itu, yang barusan bincang dengan Bapak…”
“Ohh… Ahmad… Iya saya Kenal. Itu teman saya dulu waktu di SMP.ohh jadi dia Sudah haji?”tanya zainal.
“Dari dulu memang sudah haji Pak. Dari sebelum beliau bangun masjid ini…”.
Kalimat datar yang cukup menampar hati Zainal… sudah haji… dari sebelum bangun masjid ini…dalam hati zainal sedikit terenyuh..

Anak muda tersebut menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah merbot asli di masjid ini. Saya karyawan beliau. Beliau yang membangun masjid ini. Di atas tanah wakaf pribadi. Beliau bangun masjid indah ini sebagai transit bagi siapapun yang hendak shalat. Coba Bapak lihat mall megah di bawah sana? Itu Juga hotel indah di seberangnya? … Itu semua milik beliau pak... Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya yang aneh,suka menggantikan posisi saya.
Karena suara saya bagus, kadang saya diminta mengaji dan azan saja…”.
Wah, entah apa yang ada di hati dan di pikiran Zainal…seperti mengembara
*****
Jika Zainal adalah kita, mungkin saat bertemu kawan lama yang sedang bersihkan toilet, segera beritahu posisi kita, siapa kita yang sebenarnya.

Atau jika kita adalah Ahmad, kawan lama menyangka kita merbot masjid, kita akan menyangkal, lalu menjelaskan secara detail begini dan begitu. Sehingga tahulah bahwa kita adalah pewakaf dan yang membangun masjid. ng yang menyembunyikan kebaikannya, seperti ia menyembunyikan keburukannya.

dari kisah teladan di atas kita bisa mengambil pelajaran/hikmah dari keduanya
janganlah kita marasa diri paling tinggi dan sempuna jikalau kita  melihat ada orang lebih rendah penampilannya di banding kita,karena siapa tahu ia lebih tinggi dan lebih mulia derajatnya dari kita

Sumber: https://www.facebook.com/KomunitasOneDayOneJuz/posts/10153732189042785

No comments:

Post a Comment